tajam terpercaya

Gubernur NTB: Pringgasela Menenun Masa Depan NTB dengan Budaya dan Cinta

Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Sosial Kemasyarakatan, Dr. H. Ahsanul Khalik, secara simbolis memukul gong sebagai tanda pembukaan Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya ke-IX, mewakili Gubernur NTB Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, Ahad (27/7/2025). Acara ini merupakan bagian dari Karisma Event Nusantara 2025.
Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Sosial Kemasyarakatan, Dr. H. Ahsanul Khalik, secara simbolis memukul gong sebagai tanda pembukaan Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya ke-IX, mewakili Gubernur NTB Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, Ahad (27/7/2025). Acara ini merupakan bagian dari Karisma Event Nusantara 2025.

Pringgasela, Lombok Timur – Ahad, 27 Juli 2025. Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, menyampaikan pesan budaya yang penuh makna dalam perhelatan Alunan Budaya Desa Pringgasela Raya ke-IX, melalui sambutan yang diwakilkan kepada Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial Kemasyarakatan, Dr. H. Ahsanul Khalik.

3628279735105432 google.com, pub-3628279735105432, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Meski berhalangan hadir secara langsung karena tengah mendampingi jalannya Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII, Gubernur Iqbal tetap menunjukkan perhatian mendalam terhadap kekayaan budaya daerah, khususnya Desa Pringgasela yang dikenal luas sebagai pusat warisan tenun dan seni tradisi Lombok Timur.

Dalam sambutan yang dibacakan di hadapan ribuan masyarakat, para tokoh adat, tokoh agama, pelaku seni budaya, serta perwakilan pemerintah pusat dan daerah, Gubernur Iqbal menegaskan bahwa budaya bukan hanya warisan masa lalu, melainkan jembatan menuju masa depan NTB yang berakar kuat dan berpijak kokoh pada nilai-nilai lokal.

“Hari ini, di tanah yang ditenun oleh sejarah nilai dan adat, kita disatukan oleh getar budaya dalam pertunjukan ‘Sembilan Kali Lahir(Nya)’. Ini bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi cermin jiwa, pantulan ruh kolektif, dan doa masa lalu yang kini disulam menjadi pijakan masa kini dan masa depan,” tegas Gubernur Iqbal.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa Desa Pringgasela bukanlah sekadar nama geografis, melainkan sebuah “tenun hidup” dari peradaban yang diwariskan turun-temurun. Setiap motif yang tercipta bukan hanya pola visual di atas kain, tapi juga refleksi persatuan, kerja kolektif, dan pengabdian terhadap nilai-nilai luhur yang terus dijaga oleh masyarakatnya.

“Tenun di sini bukan sekadar kain. Ia adalah bahasa. Ia bicara tentang ibu-ibu yang menenun dengan hati, lahir dari sepi yang bekerja, dan dari ritme alam yang menyatu dengan falsafah hidup. Bahwa gotong royong adalah bahasa langit, dan kebersamaan adalah takdir terbaik manusia,” lanjutnya.

Gubernur Iqbal juga menekankan bahwa kegiatan budaya semacam ini bukan sekadar nostalgia, tetapi deklarasi masa depan. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terus merawat dan mengembangkan budaya sebagai identitas kolektif dan kekuatan pembangunan berbasis nilai.