“Saya sempat bilang ke teman-teman, mungkin saya memang bukan tipe yang bisa lulus cepat. Tapi dosen pembimbing saya selalu bilang: ‘Yang penting kamu jalan terus. Bukan yang tercepat yang menang, tapi yang selesai,’” ujar Kahfi sambil tersenyum.
Tak hanya Nadia dan Kahfi, banyak mahasiswa lain yang merasakan hal serupa. Bagi mereka, dosen pembimbing bukan sekadar penilai skripsi, tapi juga pendorong semangat.
“Setiap selesai konsultasi, saya selalu merasa bisa. Padahal sebelumnya saya sudah nyaris menyerah,” ungkap Reza, mahasiswa Prodi Sendratasik.
Dekan Fakultas Pendidikan UNU NTB, Hadi Wijaya, M.Pd., menyebutkan bahwa proses bimbingan skripsi adalah bagian penting dari pembentukan karakter mahasiswa.
“Skripsi bukan hanya soal teori dan metodologi, tapi juga tentang ketekunan, daya tahan, dan komunikasi. Di sinilah dosen berperan penting, bukan hanya sebagai penguji, tapi sebagai pendamping,” tegasnya.
Kini, Nadia, Kahfi, dan mahasiswa lainnya tengah bersiap menghadapi tahap akhir sidang skripsi. Setelah sekian bulan berjibaku dengan revisi dan tantangan, mereka mulai melihat harapan di ujung perjuangan.
Saat ditanya siapa orang pertama yang akan mereka ucapkan terima kasih usai sidang, jawabannya serempak: