Artikel

Festival Bau Nyale: Menggali Kearifan Lokal, Membangun Pendidikan Berbasis Budaya

liputanntb.com – Mataram. Festival Bau Nyale baru saja usai, meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB).

Ribuan orang tumpah ruah di sepanjang pesisir untuk menyaksikan tradisi turun-temurun ini sebuah perayaan budaya yang sarat makna dan menjadi simbol kuatnya keterikatan manusia dengan alam.

Di tengah kemeriahan tersebut, muncul refleksi mendalam: bagaimana kita menjaga warisan budaya ini agar tetap hidup di tengah derasnya arus globalisasi?

Jawabannya terletak pada etnopedagogi sebuah pendekatan pendidikan berbasis budaya yang dinilai mampu menjadi solusi untuk memperkuat identitas lokal tanpa mengabaikan tantangan global. Festival Bau Nyale bukan sekadar perayaan tahunan, tetapi juga pengingat bahwa nilai-nilai budaya harus ditanamkan sejak dini dalam dunia pendidikan, agar generasi muda NTB tumbuh dengan akar budaya yang kuat sekaligus siap bersaing di tingkat internasional.

Etnopedagogi: Menjembatani Pendidikan dan Budaya Lokal

Etnopedagogi lebih dari sekadar memasukkan unsur budaya dalam kurikulum sekolah. Pendekatan ini bertujuan menjadikan nilai, tradisi, dan kearifan lokal sebagai fondasi utama dalam proses pembelajaran. Dengan cara ini, peserta didik tidak hanya memahami teori-teori akademis, tetapi juga belajar bagaimana konsep tersebut terkait erat dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Sebagai contoh, dalam pelajaran bahasa Indonesia, guru bisa menggunakan cerita rakyat Sasak, Samawa, atau Mbojo sebagai bahan bacaan. Selain memperkuat kemampuan literasi, peserta didik juga belajar nilai moral, sejarah, dan filosofi yang terkandung dalam kisah tersebut. Sementara itu, dalam matematika, konsep geometri dapat diajarkan melalui pola kain tenun khas NTB. Begitu pula dalam sains, siswa bisa mempelajari jenis-jenis tanaman obat tradisional yang telah digunakan masyarakat secara turun-temurun.

Pendekatan ini membuat proses belajar menjadi lebih relevan, menarik, dan bermakna karena peserta didik melihat langsung kaitan antara pelajaran di kelas dan realitas di sekitar mereka.

Peran Komunitas dan Dukungan Kebijakan

Kunci keberhasilan etnopedagogi di NTB terletak pada kolaborasi antara sekolah, komunitas, dan pemerintah daerah. Tokoh adat, seniman, dan pelaku budaya dapat diundang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di sekolah. Dengan demikian, peserta didik tak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sumber-sumber otentik yang memahami budaya secara langsung.

Namun, implementasi etnopedagogi juga menghadapi tantangan. Kurangnya pelatihan bagi guru terkait integrasi budaya lokal dalam pembelajaran, keterbatasan fasilitas, dan minimnya bahan ajar berbasis budaya menjadi kendala utama. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan, baik dalam bentuk kebijakan, pelatihan guru, hingga pengadaan sarana dan prasarana.

Kurikulum pun perlu disesuaikan agar memberi ruang bagi sekolah untuk mengembangkan muatan lokal sesuai karakteristik masing-masing daerah. Ini akan memastikan bahwa pendidikan di NTB tak sekadar mengikuti standar nasional, tetapi juga mengakar pada potensi dan kebutuhan lokal.

Membangun Generasi Berkarakter dan Berdaya Saing Global

Di tengah globalisasi, etnopedagogi bukan berarti memagari diri dari dunia luar. Justru sebaliknya, dengan memahami budaya sendiri, peserta didik akan lebih percaya diri saat berinteraksi dengan budaya lain. Mereka akan memiliki identitas yang kuat, mampu berpikir kritis, dan berinovasi — keterampilan penting untuk bersaing di tingkat global.

Festival Bau Nyale mengajarkan kita bahwa budaya bukanlah peninggalan masa lalu yang harus dilestarikan semata, melainkan sumber inspirasi untuk membangun masa depan. Dengan menjadikan etnopedagogi sebagai pilar pendidikan, NTB tidak hanya menjaga kekayaan budayanya, tetapi juga mempersiapkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter.

Saat riuhnya festival telah usai, tugas kita belum selesai. Kini saatnya menjadikan semangat Bau Nyale sebagai pijakan untuk membangun pendidikan NTB yang berakar kuat pada budaya lokal, namun tetap terbuka menghadapi dunia. Mari bersama, jadikan etnopedagogi sebagai fondasi pendidikan untuk masa depan NTB yang gemilang.

Page: 1 2

liputanntb.com

Recent Posts

LLDikti 8 Pusatkan Apel Harkitnas 2025 di Kampus UNU NTB

Liputanntb.com - Mataram – Suasana khidmat dan penuh semangat nasional mewarnai pelaksanaan Upacara Hari Kebangkitan…

20 jam ago

Wilayah 8 (Bali-NTB) Bahas Beban Kerja Dosen di UNU NTB, I Nyoman Bagus Suweta: Keseimbangan Unsur BKD Jadi Kunci Kualitas Dosen

Liputanntb.com - Mataram. Kegiatan Wilayah 8 (Bali-NTB) berlangsung di Ballroom ATQIA Universitas Nahdlatul Ulama Nusa…

21 jam ago

UMP NTB 2025 vs Provinsi Lain, Ini Perbandingan dan Tantangan yang Dihadapi, Berikut Daftarnya!

Liputanntb.com - Kenaikan UMP 2025 sebesar 6,5% merupakan langkah positif dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja. Namun,…

1 hari ago

Bank NTB Syariah Jaring 30 Calon Komisaris, Ada Kandidat Profesional dari Luar NTB!?

Liputanntb.com - Proses seleksi calon komisaris Bank NTB Syariah telah mencapai tahap akhir. Sebanyak 30…

1 hari ago

Gempa Bermagnitudo 5,2 Guncang Barat Daya Lombok Tengah, Tidak Berpotensi Tsunami

Lombok Tengah, – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo…

3 hari ago

BREAKING! NTB Bangun Jembatan Laut Rp20 Triliun, Tembus Lombok–Sumbawa Cuma 15 Menit!

Liputanntb.com - Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat diperkirakan akan mengeluarkan dana sebesar Rp20 triliun untuk…

3 hari ago