Perlu Sistem Keselamatan Pendaki Gunung Rinjani yang Terpadu
Keselamatan pendaki harus menjadi prioritas utama. Perlu dibangun sistem komunikasi darurat antara pos pendakian, relawan, dan tim SAR. Peralatan evakuasi harus diperbarui, dan personel lapangan perlu pelatihan keselamatan sesuai standar internasional.
Tragedi ini menunjukkan bahwa infrastruktur keselamatan pendaki di Rinjani belum ideal. Namun di sisi lain, pendaki juga harus memiliki kesiapan fisik dan mental, serta memahami bahwa pendakian bukan konten media sosial semata, melainkan perjalanan spiritual yang menuntut tanggung jawab besar.
Agam Rinjani: Sosok Porter Lokal yang Menjadi Pahlawan Sunyi
Dalam tragedi yang memilukan itu, muncullah Agam Rinjani, porter asal Lombok yang dikenal rendah hati dan tangguh. Bersama tim relawan, ia mengevakuasi jenazah Juliana dari tebing setinggi 600 meter. Bahkan, Agam rela bermalam di tepi jurang yang hanya berjarak tiga meter dari korban untuk menjaganya hingga bantuan datang.
“Setelah memastikan korban telah meninggal, kami gabungan tim relawan menjaga korban dan bermalam di tebing vertikal yang curam dan kondisi bebatuan yang labil, berjarak 3 meter dari korban, sambil menunggu tim lainnya untuk mengangkat korban dari atas,” tulis Agam di akun Instagramnya.
Aksinya menyita perhatian dunia, khususnya warga Brasil. Komentar menyebutnya sebagai “hero” dan “malaikat dalam wujud manusia”. Namun Agam tetaplah Agam. Keesokan harinya ia kembali memanggul logistik pendaki, menyapa alam dengan senyuman sunyi, dan melanjutkan hidupnya sebagai penjaga sunyi di Rinjani.