Artikel

Mengakhiri Darurat, Menata Ulang Ketangguhan Masyarakat Pasca Banjir Mataram

Waspada Dampak Lanjutan

Ancaman penyakit pascabanjir seperti diare dan infeksi kulit mulai muncul. Tentu, ini tak cukup ditangani dengan bantuan medis. Diperlukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat agar kebersihan lingkungan dijaga secara kolektif dan mandiri.

Pada aspek infrastruktur dan drainase, masyarakat harus dilibatkan dalam pengawasan dan proses rehabilitasi. Gotong royong menjadi kunci—bukan hanya mengandalkan alat berat pemerintah.

Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal, menegaskan:

“Kita hadir dalam darurat bukan untuk menciptakan ketergantungan, tapi untuk membangun jembatan kembali ke kehidupan yang lebih kuat.”

Sementara itu, Wali Kota Mataram, H. Mohan Roliskana, dalam evaluasi yang disampaikan oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, menyebut:

“Kota Mataram sudah clean and clear. Pembersihan hampir tuntas, tinggal sisa-sisa logistik yang akan diselesaikan. Yang penting sekarang adalah penataan bantaran sungai.”

Lima Langkah Konkret Menuju Kemandirian Pascabencana

Agar pemulihan tidak berubah menjadi ketergantungan berkepanjangan, berikut langkah-langkah konkret yang perlu segera diambil:

  1. Hentikan bantuan secara bertahap dan terukur di wilayah yang sudah pulih, sambil tetap menyisakan cadangan di daerah yang rentan.

  2. Perkuat program trauma healing, tidak hanya untuk penyembuhan psikologis, tapi juga sebagai ruang refleksi keluarga dalam membangun ketangguhan.

  3. Dorong gotong royong warga dalam membersihkan lingkungan dan memperbaiki rumah, sebagai bentuk kedaulatan lokal dalam pemulihan.

  4. Transisi ke fase rehabilitasi melalui skema padat karya berbasis komunitas, agar masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan kembali.

  5. Libatkan tokoh masyarakat, RT/RW, dan karang taruna untuk menumbuhkan kembali semangat tangguh dan mandiri sebagai modal sosial utama.

Bangkit, Mandiri, dan Tangguh

Bencana memang tak bisa dihindari, tetapi ketergantungan bisa diakhiri. Mengurangi ketergantungan bukan berarti mengurangi empati, melainkan memberi ruang bagi masyarakat untuk bangkit di atas kaki sendiri.

Status tanggap darurat adalah fase menyelamatkan. Sedangkan pascadarurat adalah fase membebaskan. Keputusan untuk menghentikan status darurat bukan tanda negara absen, justru itulah bentuk kehadiran negara yang lebih memberdayakan.

Kini, saatnya masyarakat Mataram tidak hanya bangkit dari genangan air, tapi juga dari belenggu ketergantungan. Ketangguhan sejati diuji bukan saat bantuan datang, melainkan ketika bantuan perlahan dihentikan dan masyarakat mulai mengatur ulang hidupnya.

Saatnya kita mengambil kembali kendali atas kehidupan kita.

Page: 1 2 3

liputanntb.com

Recent Posts

SKD STMKG 2025: Jadwal, Lokasi, dan Aturan Penting yang Wajib Diketahui Peserta

Liputanntb.com - Perjuangan para calon Taruna Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) tahun 2025…

7 hari ago

Ridwan Kamil Jalani Tes DNA di Bareskrim Terkait Laporan Terhadap Lisa Mariana

Liputanntb.com - Jakarta, 7 Agustus 2025. Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dijadwalkan menjalani pemeriksaan tes…

1 minggu ago

Satgas MBG NTB Bongkar Dugaan Permainan Tak Etis dalam Kemitraan dan Operasional SPPG

Liputanntb.com - Mataram, 6 Agustus 2025 – Satuan Tugas Program Makan Bergizi Gratis (Satgas MBG)…

1 minggu ago

Gubernur NTB: MBG Bukan Sekadar Program, Tapi Gerakan Moral Menyelamatkan Masa Depan Anak Bangsa

Liputanntb.com - Mataram, 6 Agustus 2025. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Dewan Pengurus…

1 minggu ago

Lulusan SMK dan Sarjana Wajib Tahu! NTB Siapkan 2.974 Lowongan Kerja, Ini Syarat dan Cara Mengikutinya

Liputanntb.com - Mataram. Kabar gembira bagi para pencari kerja di NTB! Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat…

1 minggu ago

Ternyata Segini Gaji PNS Terbaru Agustus 2025, Cukup Buat Hidup Layak?

Liputanntb.com - Mulai 1 Agustus 2025, pemerintah mulai mencairkan gaji pokok PNS setelah penyesuaian kenaikan…

1 minggu ago