Sejarah

Menggali Sejarah Wali Nyatoq, Tradisi Sakral Masyarakat Sasak

Wali nyatoq biasanya dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan wali yang dianggap memiliki peran besar dalam membimbing masyarakat ke jalan Islam. Acara ini juga sering kali diisi dengan doa bersama, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dzikir, dan tahlil.

Makna dan Tujuan

  1. Spiritualitas: Tradisi ini memperkuat hubungan spiritual antara masyarakat dengan wali dan Allah SWT.
  2. Budaya: Wali nyatoq juga menjadi cara untuk melestarikan tradisi dan identitas masyarakat Sasak.
  3. Penyatuan: Kegiatan ini sering menjadi ajang berkumpul bagi masyarakat, mempererat tali silaturahmi di antara warga.

Pelaksanaan

Tradisi ini biasanya dilakukan pada momen-momen tertentu, seperti Maulid Nabi, bulan Ramadhan, atau hari-hari besar Islam lainnya. Masyarakat datang bersama-sama ke makam wali, membawa sesaji tradisional seperti makanan khas Lombok untuk kemudian didoakan dan dinikmati bersama.

Wali nyatoq adalah cerminan perpaduan antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal yang masih hidup dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Dewali hingga saat ini.

Asal Usul Nama Sasak

Kata “Sasak” diduga berasal dari istilah “sak-sak,” yang berarti berjalan dengan cepat dalam bahasa lokal. Pendapat lain mengaitkan kata ini dengan tulisan kuno di lontar yang menyebutkan “sa’-saq,” yang memiliki arti simbolik terkait perjalanan leluhur.

Asal Usul Masyarakat Sasak

Masyarakat Sasak diyakini berasal dari kelompok Austronesia yang bermigrasi dari daratan Asia ke kepulauan Nusantara ribuan tahun lalu. Mereka membawa tradisi maritim, bercocok tanam, serta kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum agama-agama besar masuk.

Pengaruh Hindu-Buddha

Pada abad ke-8 hingga abad ke-14, pengaruh Hindu-Buddha cukup kuat di Lombok, yang terlihat dari peninggalan kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Selaparang. Sasak pada masa ini sudah memiliki sistem pemerintahan lokal dan kebudayaan yang kaya, seperti tradisi seni dan sastra lontar.

Masuknya Islam

Islam mulai masuk ke Lombok pada abad ke-16 melalui para pedagang dan penyebar agama dari Jawa, Sulawesi, dan Makassar. Proses Islamisasi berjalan damai, dan masyarakat Sasak mengadopsi Islam dengan tetap mempertahankan unsur-unsur adat yang disebut Wetu Telu, sebuah perpaduan unik antara Islam, Hindu, dan tradisi lokal.

Page: 1 2 3

liputanntb.com

Share
Published by
liputanntb.com

Recent Posts

UMP NTB 2025 vs Provinsi Lain, Ini Perbandingan dan Tantangan yang Dihadapi, Berikut Daftarnya!

Liputanntb.com - Kenaikan UMP 2025 sebesar 6,5% merupakan langkah positif dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja. Namun,…

2 hari ago

Bank NTB Syariah Jaring 30 Calon Komisaris, Ada Kandidat Profesional dari Luar NTB!?

Liputanntb.com - Proses seleksi calon komisaris Bank NTB Syariah telah mencapai tahap akhir. Sebanyak 30…

3 hari ago

Gempa Bermagnitudo 5,2 Guncang Barat Daya Lombok Tengah, Tidak Berpotensi Tsunami

Lombok Tengah, – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo…

4 hari ago

BREAKING! NTB Bangun Jembatan Laut Rp20 Triliun, Tembus Lombok–Sumbawa Cuma 15 Menit!

Liputanntb.com - Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat diperkirakan akan mengeluarkan dana sebesar Rp20 triliun untuk…

4 hari ago

Video Viral: Jemaah Haji dan Koper Diturunkan di Pinggir Jalan, Ini Penjelasan PPIH

Liputanntb.com - Sebuah video yang menampilkan sejumlah jemaah haji Indonesia diturunkan dari bus dan koper…

5 hari ago

Setelah Demo di Sumbawa, Dialog Panas di Mataram: Benarkah Meritokrasi Iqbal-Dinda Hanya Gimik Politik?

Liputanntb.com - MATARAM – Pojok NTB menggelar dialog publik di Meeino Warking, Kota Mataram pada…

5 hari ago