tajam terpercaya

Lombok Punya Tradisi Ini Setelah Nikah, Ternyata Sarat Nilai Pendidikan

Di tengah gambar tampak Pak Kepala Dusun Toro, Desa Penujak, duduk bersama warga dalam suasana hangat tradisi begawe. Momen ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi warisan budaya suku Sasak, serta menjadi bagian dari pendidikan sosial yang hidup di tengah masyarakat.
Dok. (Liputanntb.com). Di tengah gambar terlihat Kepala Dusun Toro, Desa Penujak, duduk bersama warga dalam suasana hangat tradisi begawe. Momen ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi warisan budaya suku Sasak, serta menjadi bagian dari pendidikan sosial yang hidup di tengah masyarakat.

Pendidikan Karakter dari Tradisi

Menurut Fahmi, baik bejango maupun sorong serah aji krame adalah bentuk pendidikan karakter nyata. Generasi muda yang menyaksikan dan terlibat di dalamnya belajar langsung nilai tanggung jawab, tata krama, hingga pentingnya menjaga hubungan keluarga.

3628279735105432 google.com, pub-3628279735105432, DIRECT, f08c47fec0942fa0

“Kami percaya, anak-anak lebih paham kalau diajarkan lewat pengalaman. Tradisi seperti ini adalah ruang belajar nilai kehidupan yang berjalan alami,” ujarnya.

Diperkuat oleh Kajian Akademik

Tradisi ini selaras dengan teori rites of passage yang dikemukakan Arnold van Gennep (1960). Menurutnya, setiap perubahan status sosial manusia, seperti pernikahan, memiliki tahapan integrasi kembali ke dalam komunitas sosial baru, yang disebut reintegration atau incorporation.

Senada dengan itu, Dr. Lalu Wiratmaja, peneliti budaya Sasak dalam kutipan, menyebut bejango sebagai sarana pendidikan spiritual, sosial, dan kultural yang hidup secara kolektif.

“Tradisi Sasak tidak hanya simbol, tetapi juga sistem nilai yang mendidik,” tulisnya dalam studi antropologi budaya Lombok.

Budaya sebagai Sarana Didik Sosial

Fahmi berharap tradisi ini tak hanya dipertahankan sebagai warisan, tetapi juga dikenalkan secara aktif di lingkungan pendidikan. Ia menilai, Kurikulum Merdeka dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sangat cocok menggunakan pendekatan budaya lokal.

“Kalau sekolah mau membentuk karakter, ajak anak-anak belajar langsung dari budaya mereka sendiri. Di sini kami siap jadi ruang belajar itu,” pungkasnya.

Reporter: Tim LiputanNTB
Editor: Abi