tajam terpercaya

Lombok Punya Tradisi Ini Setelah Nikah, Ternyata Sarat Nilai Pendidikan

Di tengah gambar tampak Pak Kepala Dusun Toro, Desa Penujak, duduk bersama warga dalam suasana hangat tradisi begawe. Momen ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi warisan budaya suku Sasak, serta menjadi bagian dari pendidikan sosial yang hidup di tengah masyarakat.
Dok. (Liputanntb.com). Di tengah gambar terlihat Kepala Dusun Toro, Desa Penujak, duduk bersama warga dalam suasana hangat tradisi begawe. Momen ini mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi warisan budaya suku Sasak, serta menjadi bagian dari pendidikan sosial yang hidup di tengah masyarakat.

Sorong Serah Aji Krame: Simbol Sakral Adat

Setelah prosesi bejango, masyarakat Toro menjalankan tradisi Sorong Serah Aji Krame prosesi simbolik yang menggambarkan penyerahan tanggung jawab atas mempelai perempuan kepada keluarga suaminya, sekaligus penguatan spiritual dari orang tua.

3628279735105432 google.com, pub-3628279735105432, DIRECT, f08c47fec0942fa0

“Tradisi ini mengandung nilai sangat tinggi. Anak perempuan kembali ke rumah orang tuanya setelah menikah, bukan karena pindah, tapi untuk menerima doa, wejangan, dan restu secara adat. Ini bagian dari penghormatan lintas generasi,” jelas Fahmi.

Sorong Serah Aji Krame diyakini sebagai lambang kesucian dan keabsahan ikatan pernikahan dalam pandangan adat Sasak. Melalui prosesi ini, keluarga besar menyatu dalam rasa dan doa, bukan hanya dalam hukum negara atau agama.

Pendidikan Karakter dari Tradisi

Menurut Fahmi, baik bejango maupun sorong serah aji krame adalah bentuk pendidikan karakter nyata. Generasi muda yang menyaksikan dan terlibat di dalamnya belajar langsung nilai tanggung jawab, tata krama, hingga pentingnya menjaga hubungan keluarga.