Artikel

Menjaga Harapan di Tanjung Aan, Membangun Tanpa Menggusur Keadilan

Ketiga, selama masa transisi, perlu dipikirkan untuk adanya pemberian bantuan sementara, baik dalam bentuk dukungan logistik, pelatihan kewirausahaan, maupun akses ke program perlindungan sosial. Dengan demikian, proses perubahan tidak menimbulkan beban sosial yang lebih besar di kemudian hari.

Keempat, Pemerintah diharapkan hadir untuk memfasilitasi mediasi agar ada kesamaan langkah dan penanganan yang terpadu. Prinsip due diligence berbasis HAM, untuk mengidentifikasi, mencegah, mengurangi, dan mempertanggungjawakan dampak buruk terhadap hak asasi manusia yang mungkin timbul dan menjadi dasar dalam setiap tindakan, sebagaimana telah ditegaskan oleh Komnas HAM.

Pembangunan tidak boleh hanya dilihat dari sisi seberapa cepat tanah dibersihkan atau proyek dijalankan, tetapi juga dari seberapa kuat kepercayaan masyarakat terbangun dalam prosesnya. Ketika warga merasa dilibatkan, dihormati, dan diberi ruang untuk tumbuh bersama, maka pembangunan bukan hanya akan diterima, tetapi dijaga bersama.
Pembangunan tidak hanya menjadi monolog kekuasaan, tetapi pembangunan menjadi dialog peradaban yang menghargai setiap manusia. Dalam konteks Tanjung Aan, kita dihadapkan pada pilihan, apakah pariwisata yang dikembangkan akan mencerminkan kemajuan semu, ataukah kita akan membangun pariwisata yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keberlanjutan?

Tanjung Aan adalah aset ekologis, sosial, dan budaya. Tidak adil jika dalam proses mengelolanya, kita kehilangan sisi kemanusiaannya. Mari kita pastikan bahwa pembangunan KEK Mandalika menjadi contoh bagaimana Indonesia tumbuh secara inklusif, tanpa mengorbankan mereka yang paling rentan.

Tanjung Aan bukan sekedar lahan kosong yang hendak ditata, ia adalah ruang hidup. Ia adalah tapak harapan bagi orang-orang kecil yang ingin ikut bertumbuh bersama arus zaman. Dan tugas kita semua pemerintah, korporasi dan masyarakat sipil menjadikan pembangunan sebagai alat pemberdayaan, bukan peminggiran.

Sudah saatnya pembangunan Mandalika menjadi contoh bahwa Indonesia bisa maju tanpa meninggalkan siapa pun di belakang. Karenanya penyelesaian yang diambil benar-benar mencerminkan rasa keadilan bersama dan menjadikan Tanjung Aan tidak hanya sebagai etalase wisata, tetapi juga sebagai wajah keberadaban pembangunan di negeri ini.

Page: 1 2 3

liputanntb.com

Recent Posts

5 Daftar Beasiswa S1–S3 yang Masih Buka pada Agustus 2025, Cek Syarat dan Link Daftarnya!

Liputanntb.com - Agustus 2025 menjadi bulan krusial bagi para pelajar dan mahasiswa yang tengah berburu…

2 minggu ago

Cekcok Soal Ponsel Berujung Maut, Suami di Praya Serahkan Diri Usai Tewaskan Istri

Liputannntb.com - PRAYA – Sebuah pertengkaran rumah tangga di Lingkungan Kekere, Kelurahan Semayan, Kecamatan Praya,…

2 minggu ago

Dokter UI Tinggalkan Segalanya Demi Hidup di Kolong Jembatan

Liputanntb.com - Hidup sering kali menghadirkan cerita di luar nalar. Itulah yang dialami oleh Dr.…

2 minggu ago

Tanam Jagung, Panen Ilmu: UI dan UNU NTB Satukan Langkah di Mataram

Liputanntb.com - Mataram. Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat (UNU NTB) kembali menjadi tuan rumah bagi…

2 minggu ago

Ditinggal Setelah Berjasa: Buruh Bangunan Kuliahkan Istri hingga Jadi PNS, Kini Dicerai karena Status Sosial

Liputanntb.com - Sebuah kisah menguras emosi publik tengah viral di media sosial. Seorang pria yang…

2 minggu ago

Laporan Dugaan Penipuan Berakhir Damai, PT Royal Kembalikan Dana Konsumen

Liputanntb.com - MATARAM. Kasus dugaan penipuan yang sempat mencuat antara salah satu konsumen dengan pihak pengembang…

2 minggu ago