Apa itu Brainrot dan Dampaknya?
Fenomena Brainrot menjadi salah satu perhatian utama dalam dunia digital saat ini. Istilah ini merujuk pada kondisi penurunan kualitas otak dan kesehatan mental yang disebabkan oleh penggunaan teknologi yang berlebihan, khususnya dalam hal mengakses konten-konten yang tidak produktif seperti game atau video pendek di media sosial. Paparan cahaya biru dari layar gadget diketahui dapat menghambat produksi melatonin, hormon yang berfungsi mengatur siklus tidur. Kurangnya melatonin ini akan berdampak pada pola tidur yang tidak teratur, yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan tidur, penurunan konsentrasi, serta penurunan produktivitas mental secara keseluruhan.
“Ketika seseorang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar ponsel tanpa disadari, itu bisa memperburuk kondisi otak kita. Penggunaan yang berlebihan, terutama dengan konsumsi konten yang tidak bermutu, dapat mengarah pada penurunan kemampuan kognitif dan kemampuan belajar,” tambah Herjan. Dalam hal ini, Brainrot dapat menyebabkan siswa mudah kehilangan fokus dalam kegiatan belajar, bahkan berpotensi mengalami gangguan dalam kesejahteraan psikologis mereka, seperti kecemasan atau depresi akibat kecanduan teknologi.
Liputanntb.com - Mataram. Kegiatan Wilayah 8 (Bali-NTB) berlangsung di Ballroom ATQIA Universitas Nahdlatul Ulama Nusa…
Liputanntb.com - Kenaikan UMP 2025 sebesar 6,5% merupakan langkah positif dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja. Namun,…
Liputanntb.com - Proses seleksi calon komisaris Bank NTB Syariah telah mencapai tahap akhir. Sebanyak 30…
Lombok Tengah, – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan telah terjadi gempa bumi dengan magnitudo…
Liputanntb.com - Pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat diperkirakan akan mengeluarkan dana sebesar Rp20 triliun untuk…
Liputanntb.com - Sebuah video yang menampilkan sejumlah jemaah haji Indonesia diturunkan dari bus dan koper…