“Meritokrasi jadi sebatas teori. Tetapi di belakang panggung, tetap ada ruang akomodasi kepentingan.”
“Ada ruang pengaruh kepentingan,” jelasnya.
Secara spesifik, Alfisyahrin menilai, mutasi pejabat yang dilakukan Iqbal-Dinda beberapa pekan lalu belum mencerminkan prinsip-prinsip meritokrasi.
“Mutasi kemarin belum sepenuhnya mencerminkan prinsip meritokrasi. Kalau kita lihat rekam jejak dari 72 pejabat, ada beberapa pejabat yang tidak mencerminkan esensi meritokrasi. Kalau saya lihat, baru 40 persen prinsip meritokrasi dijalankan,” paparnya.
Bangunan penting dalam meritokrasi, kata Alfisyahrin, adalah tiga hal, yakni kapabilitas, prestasi, dan kualifikasi. Alfisyahrin khawatir, narasi meritokrasi yang selama ini disampaikan Iqbal hanya sebatas untuk memanipulasi kesadaran publik.
Padahal, dalam realitasnya, di tengah pragmatisme politik, kebijakan kekuasaan tidak lagi steril dari kepentingan politik, termasuk kepentingan transaksional.
Dalam dialog publik tersebut, sejumlah mahasiswa menyampaikan keresahannya perihal kepemimpinan Iqbal-Dinda di NTB.
Liputnntb.com - Lombok Tengah – Aktivitas bongkar muat bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar…
Idul Adha 1446 H yang jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025, menimbulkan pertanyaan di…
Pada 28 Mei 2025, Israel melancarkan serangan udara ke Bandara Internasional Sanaa di Yaman, yang…
Oleh : Dr. H. Ahsanul Khalik / Staf Ahli Gubernur Bidang Sosial Kemasyarakatan Tantangan Awal:…
UNU NTB Semakin Melesat di Kancah Nasional Liputanntb.com – Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat…
BRINS Siap Tanggung Jawab Penuh Jika Anggota Alami Kecelakaan Mataram, 27 Mei 2025 — Kabar…